Sep 21, 2006

Yang Terlupakan

bismillah.

Ini bukan bahasan tentang "Yang Terlupakan"-nya Iwan Fals :)
Tapi emang pas sih buat judul postingan kali ini... jadi aku pinjem judul lagunya ya, Om Iwan..

Waktu kemaghriban di tebet (udah masuk waktu maghrib maksudnya), aku terpaksa sholat di musholla kecil di stasiun situ. daripada gak kekejar dan tidak ingin mengambil resiko terlambat sholat, aku akhirnya memutuskan sholat segera.

Gak senyaman di rumah, memang. atau di masjid2 lain yang lebih besar.
Tapi alhamdulillah, wc-nya bersih. setidaknya untuk ukuran stasiun yang kerap dicap jorok, bau pesing, kotor, dan sebagainya. mushollanya juga cuma sepetak ruangan sejajar kantor pegawai PT. KAI, dan disekat dengan gorden untuk membatasi bagian pria dan wanitanya.

Kupikir begitu aku masuk ke ruang kecil itu akan segera tercium aroma pengap dan bau.
Ruangan sekecil ini digunakan banyak orang, gitu lho...
Tapi nyatanya tidak.
Aku menghirup bau pewangi ruangan yang digantung di kipas anginnya.
Dan tentu saja, bisa sholat dengan cukup nyaman (walau sempit-sempitan).

Begitu selesai, aku mengeluarkan selembar uang ribuan dan memasukkannya ke kotak infak.
Mana ada yang gratis di jakarta, man?
Hehe...

Tapi begitu aku melangkah ingin pergi, mataku menangkap kelebat seseorang.
Tukang pel wc stasiun!

Tahu tidak...
Dia itu, setiap ada orang keluar WC dan meninggalkan jejak-jejak sepatu/sandal yang kotor, dengan serta-merta langsung membersihkan lantainya.
Pun ubin di depan musholla yang berulang kali diinjak-injak sama orang yang lalu-lalang dari wc ke musholla.
Berulang kali, setiap mereka habis lewat!

Aku gak membayangkan betapa lelahnya dia, karena aku tahu, dia pasti lelah.
Aku cuma berpikir, betapa mungkin ia terlupakan oleh sekian banyak orang yang menggunakan wc atau musholla di staisun Tebet itu.
Siapa dia? Cuma tukang pel yang gak ada urusannya sama kita.
Cuma petugas yang memang wajar melakukan hal itu karena itu memang tugasnya.
Menengok pun kita tak pernah.
Atau bahkan mengucap terima kasih untuk menghargai perbuatannya.

Padahal ia yang berjasa membuat para pengunjungnya merasa nyaman karena keadaan ruang yang bersih dan jauh dari kesan jorok atau bau.
Dia, yang berulang kali mengepel lantai agar tiada lagi jejak-jejak kotor kaki pengunjung yang membekas dan meninggalkan noda.
Dia, yang tidak pernah menagih sepeser pun uang atas pekerjaan yang telah dilakukan.
Dia, yang tidak berkeluh-kesah karena lantai yang baru ia bersihkan harus kotor lagi-kotor lagi, karena berulang kali diinjak-injak.
Dia...

Ah...
Allah...
Bagaimana aku bisa begitu lengah? :'(

***

Beranjak dari situ, hatiku hanya bisa lirih berdoa.
"Semoga Allah membalas jasa-jasamu, Pak...
Walau engkau sering terlupakan, tapi Allah tak kan pernah melupakanmu."



untuk sekian ratus jiwa yang terlupakan di sudut-sudut kota: Allah tak pernah melupakanmu.
note: gambar pel-nya diambil dari
sini. thx a lot!

3 komentar:

anugerah perdana said...

santapan bergizi pasca tarawih
syukron jiddan !

Anonymous said...

soon ripe, soon rotten soon gone but not forgotten

Anonymous said...

nice fathy,,,
very touched, alot,,