Ini cerita tentang Farah. Antara getir untuk dikenang, lucu
untuk ditertawai, sekaligus bikin geleng-geleng. Jadi bingung mau tertawa atau
sedih. Hehehe…
Ceritanya Farah umur 11 bulan waktu kejadian ini. Sedang puncak-puncaknya
fase separation anxiety alias tidak
mau berpisah lama-lama dari Bundanya. Menghilang dikit si Bunda dari pandangan,
tangisannya meledak lalu ia akan berjalan tertatih-tatih mencari.
Sore itu Bunda kepingin pipis. Gak mungkin donk bawa-bawa si
Farah ke toilet.. jadi Bunda tinggalkan Farah di ruang tengah sambil
mengendap-endap. Sebab kalau diberitahu, sama aja dia akan nangis juga.
Dan benar, belum ada 1 menit Bunda di kamar mandi, Farah
nangis dan menyusul ke toilet. Awalnya hanya merengek. Tapi karena tidak
kunjung dibukakan pintu, dia menggedor-gedor sambil menangis kencang.
And the story starts…
Pintu kamar mandi itu ada selot kunci di luar dan dalam. Dan
Farah yang cerdas meraih selot luar, menggesernya sehingga… “srettt!”, pintu
terkunci.
Bunda sama sekali gak nyangka Farah bisa menggeser selot
kunci itu sehingga Bunda terperangkap di dalam. Sambil memanggil-manggil nama
Farah, Bunda menahan sedih mendengar tangisannya yang semakin kencang. Ya Allah,
anakkuu… apa yang kamu lakukan?
Sambil coba mengendalikan diri, Bunda bicara pada Farah. “Farah
tenang ya.. buka kuncinya, Sayang. Ayo digeser lagi seperti tadi. Pegang
selotnya ya…”
Tentu saja Farah yang masih 11 bulan itu tidak mengerti
bagaimana menggeser selot yang terkunci. Jadi dia hanya menangis, meraung-raung
karena tidak kunjung melihat Bundanya.
Kehabisan akal, Bunda juga mulai terserang panik. Gak mungkin ini selot terbuka kalau tidak
dibuka dari luar. Dan tidak ada orang sama sekali di rumah. Tapi.. ada
tetangga! Barangkali mereka dengar…
Berteriaklah
Bunda melolong di tengah tangisan Farah yang super kencang.
“Tolooooooonggg…..
Tolooonggg…..”
Sekali, dua kali, tiga kali, enam kali… sepuluh kali…
Ya Robb, tidak ada orang yang dengar… sakitnya tenggorokanku
berteriak.. padahal suara mereka di luar rumah sekilas terdengar dari dalam WC.
Bunda pun berusaha menarik pintu kamar mandi yang terbuat
dari stainless. Tapi terlalu kuat, tidak bisa ditarik!
“Dindaaaaaa….. toloooongg….. Divaaaaaaa…. Tooo..loooongggg!!”
Bunda berusaha lagi memanggil nama anak-anak sebelah.
“TOOOOOOLOOOOOOOONGGGGG…. DINDAAAAA…… DIVAAAA…… OM
SONIIIIIIII….. TOOOLOOOOONGGGGG!!!!”
Nama tetangga Bunda sebut satu-persatu. Tetap tidak ada
respon.
Hujan mengguyur dan menerbitkan suara menderu.
Ya Allah bagaimana ini… Farah semakin keras tangisnya. Dan
bunda semakin panik karena hopeless berteriak tanpa hasil.
Akhirnya Bunda coba selipkan tangan Bunda ke luar pintu
lewat daun pintu yang atas. Farah sedikit tenang dalam sesenggukan. “Tenang ya Farah, Bunda sedang berusaha…”
Tapi… tangan Bunda tidak sampai! Selot kuncinya terlalu jauh. Tangan Bunda terjepit!
Ya Robb… hopeless lagi. Komat-kamit hati Bunda berdoa pada
Allah minta diberikan cara atau pertolongan. Lalu Bunda teriak lagi
sekencang-kencangnya, “TOOOO…LOOOOOONGGGG!!!!”, ditemani suara Farah yang tak
kalah kencang menangis dalam kepanikan. Tak terasa mata ini ikut berkaca-kaca
saking bingungnya.
“Farah… Farah keluar yaa.. ke pintu, Nak.. Farah panggil
Kakak Dinda, atau Kakak Diva…”
Tapi Farah tidak mengerti sama sekali.
Dalam kepasrahan Bunda coba ambil gayung, lalu
menyelipkannya di antara daun pintu supaya celah yang terbuka semakin lebar sehingga
tangan ini bisa masuk. Lumayan sakit juga tangan ini terjepit. Ayo, ayo sedikit
lagi…
Arghh… gak bisa!
Farah terus menangis.. dan Bunda semakin panik.
Gayung diselipkan lagi, kali ini didorong terus ke arah
bawah, terjepit di pintu dan… “Grombyaanggg….!”
PINTU TERBUKA!!! Slot kuncinya terlepas bersama
sekrup-sekrupnya.
Alhamdulillaaahh….
“FARAAAAAAHHH….!!!!!”
Seperti ibu dan anak yang sudah berpuluh tahun berpisah tak pernah
jumpa, Bunda langsung memeluk Farah yang menangis hebat. Membelainya dalam
pelukan sembari menenangkannya. Dan Farah
kecil yang tadinya menangis kencang langsung terdiam dalam dekapan Bunda.
“Are you oke, Farah? Sudah gak papa ya Sayang… Bunda disini…
Farah peluk Bunda ya…”
Sore itu haru sekali… gak tega dengar tangisan Farah yang
begitu sedih dan memeluk Bunda begitu kencang seolah tidak ingin berpisah.
Bunda langsung susui Farah supaya dia semakin nyaman. Matanya
menatap Bunda dengan kesedihan. Merasa bersalah sekaligus kehilangan
amat-sangat. Sesekali nafasnya masih tersengal di antara tenggorokan yang
menelan ASI.
“Ssssh… tenang ya Sayang.. kan Bunda sudah disini sama Farah…
J”
Begitu
terkendali semua, Bunda keluar menemui tetangga di depan rumah, mamanya Diva. Mau
laporan.
“Mbak, aku baru aja dikunciin Farah di kamar mandi…”
“Hah, saya gak dengar apa-apa…” kata mama Diva.
“Iya saya teriak kenceng banget , mbaak…” hiks… sedih bener
gak ada yang denger, keluh Bunda dalam hati.
“Ooo jadi itu tadi kakak yang teriak kenceng-kenceng?
Pantesan Diva tadi kayak dengar suara orang minta tolong… tapi gak jelas,
soalnya kan ketutup suara hujan, Diva pikir suara darimana…” kali ini Diva
angkat suara.
“Tapi Alhamdulillah udah bisa keluar.. Kasian Farah nangis
kenceng tadi.. Gak kedengeran sama sekali??”
“Enggak, kak Inda.. gak kedengeran. Orang ujan deres banget…”
Hufftt… yasudahlah. Nasipnya Bunda deh.
“Makanya Kakak lain kali kalo mau ke WC bilang Diva dulu..
nanti Diva jagain Farahnya.”
Owh so sweet Diva yang baik.. tapi tawarananya rada telat
yak? -_-‘
“Baiklah lain kali kakak titip Farah yah…”
Bunda bawa Farah masuk ke dalam lagi.. menyusui lagi sambil
menatapnya penuh kasih.
“Farah sayang, tadi hebat banget bisa kunci pintu kamar
mandi… Tapi Bunda kan jadi terkunci di dalam.. Lain kali tidak usah main kunci
lagi ya Nak.. kan kasian jadinya Farah nangis di luar.. Ya?”
Mata Farah menatap Bunda lekat-lekat. Sesenggukannya mulai
terdengar lagi, seperti merasa bersalah dan bilang, “Maafin Farah ya Bunda…”. Lalu
Bunda peluk bidadari Bunda ini sambil menenangkannya lagi.
See… harus tertawa bangga, atau mengurut dada bersedih ya karena
kejadian ini?
Oh, Farahku sayang… tak habis pikir Bunda dibuatmu, Nak… Semoga gak terulang lagi ya...
18 Januari
2013, 00:33 wib.
Ditulis Bunda
saat Farah sudah berumur 14 bulan.