Apakah
di antara Anda ada yang pernah mengalami haid atau menstruasi
berkepanjangan?
Masa
haid normalnya berkisar antara 5-8 hari, namun ini tergantung pada siklus
menstruasi masing-masing orang. Saya sendiri termasuk yang cukup lama, baru
benar-benar bersih hingga 9 hari. Rasanya rugi sekali saat Ramadhan tiba,
ketika saya harus bolong puasa 9 hingga 10 hari. Maasyaa Allah, saat mengganti/qadha
puasa setelah Ramadhan selesai itu seperti tak selesai-selesai saking
banyaknya. Tapi rupanya ada juga yang siklus menstruasinya mencapai 15 hari.
Qadarullah, insya Allah ada kebaikan dalam setiap kehendak Allah :)
Saya
mengalami haid berkepanjangan atau muncul flek di luar haid sejak masa
gadis. Pernah saya periksakan pada dokter kandungan, namun sang dokter
tidak dapat melakukan pemeriksaan lebih lanjut pada organ vital tersebab saya
belum menikah. Diagnosa pun sebatas perkiraan bahwa yang terjadi dikarenakan
pengaruh hormon.
Dua
bulan terakhir haid saya rupanya muncul 2x dalam sebulan. Yang pertama
benar-benar haid, namun yang kedua ini meragukan. Jedanya semenjak suci hanya 5
hari saja dan munculnya di luar kebiasaan. Selain itu saya juga merasakan nyeri
di perut bagian bawah yang persis sekali nyeri saat haid. Tapi kali ini
karakter darahnya merah dan segar, tidak seperti darah haid yang amis dan
kehitaman. Dengan karakter seperti itu, maka saya memutuskan untuk tetap
shalat, karena saya yakin ia adalah darah istihadhah (darah penyakit).
Alhamdulillah keputusan saya tidak keliru, karena setelah saya berkonsultasi
dengan Dr. Valleria, Spog, beliau membenarkan bahwa itu adalah darah
istihadhah. Meski demikian beliau menyarankan agar saya memeriksakan diri ke
dokter kandungan, karena hal tersebut tergolong abnormal. Diagnosanya hanya
bisa tegak setelah ada pemeriksaan langsung. Dan waktu pemeriksaan pun
sebaiknya dilakukan saat darah masih keluar, ujar beliau.
Selang
bersih 2 hari, rupanya darah keluar lagi seperti semula dengan volume sedang.
Kali ini saya mengejar jadwal dokter supaya dapat memperoleh kepastian
diagnosa. Maka berangkatlah saya diantar suami tercinta ke dr. Andi Fathimah,
spog, di RS Aulia Jagakarsa. Dokter kandungan yang ternyata seangkatan dengan
Dr. Valleria ini adalah dokter yang mendampingi selama proses kehamilan anak
ke-2 saya. Sosoknya yang keibuan, lembut dan mau menjelaskan dengan sabar
membuat saya dan suami nyaman saat berkonsultasi dengan beliau.
Namun
tak ayal, berbagai pikiran berkecamuk dan rasa cemas tak juga terhindarkan,
khawatir terdapat penyakit yang parah semisal kista, kanker rahim, dsb..
na’udzubillaah. Meski begitu suami menenangkan saya bahwa yang saya alami besar
kemungkinan hanyalah pengaruh hormon. Rupanya ia sempat membaca beberapa sumber
di internet yang menyebutkan beberapa kemungkinan dari abnormal bleeding ini.
Sampai
di rumah sakit sayapun menjalani serangkaian pemeriksaan, yakni periksa dalam
(VT/Vaginal Toucher) dan USG. Alhamdulillah rahim saya bersih dan tidak
ditemukan kelainan yang mengkhawatirkan. Hanya saja dinding rahim saya rupanya
cukup tebal/mengalami penebalan (hiperplasia). Jika dalam keadaan tidak haid
ketebalan normal dinding rahim adalah sekitar 3 mm saja, dinding rahim saya saat
itu mencapai 10 mm. Dr. Fathimah mengatakan bahwa penebalan dinding rahim ini
terjadi karena faktor ketidakseimbangan hormonal, ketika peningkatan hormon
estrogen tak diimbangi oleh peningkatan progesteron. Faktor penyebab
lain bisa karena di picu oleh Ada gangguan kesehatan, seperti mengidap
diabetes, obesitas, atau gangguan yang mempengaruhi kelenjar pituitary
(kelenjar di otak yang mempengaruhi hormon), pemakaian obat-obatan yang
mengandung estrogen dan progesterone, stres yang berat dan berkesinambungan.
Dengan
kondisi seperti ini wajar saja saya mengalami pendarahan, karena dinding rahim
yang tebal ini memang akan meluruh dengan sendirinya di bawah pengaruh hormon
estrogen dan progesteron.
Hiperplasia
sendiri memiliki beberapa level, yaitu :
- Simplek. Penderita dengan
kondisi ini tak perlu cemas berlebihan karena Hiperplasia simplek
tergolong ringan dan takkan berakhir dengan keganasan sehingga penderita
tetap masih bisa hamil.
- Kistik. Seperti halnya simplek,
kasus ini tak berbahaya.
- Atipik. Kondisi yang satu ini
mesti diwaspadai. Atipik cenderung merupakan cikal bakal kanker.
Sementara
itu, pengobatan yang bisa ditempuh pasien adalah :
- Tindakan kuratase selain untuk
menegakkan diagnosa sekaligus sebagai terapi untuk menghentikan
perdarahan.
- Terapi hormon untuk
menyeimbangkan kadar hormon di dalam tubuh. Namun perlu diketahui
kemungkinan efek samping yang bisa terjadi, di antaranya mual, muntah,
pusing, dan lainnya. Rata-rata setelah menjalani terapi hormonal sekitar
3-4 bulan, gangguan penebalan dinding rahim sudah bisa diatasi. Jika
pengobatan hormonal yang dijalani tak juga menghasilkan perbaikan, terapi
akan dilanjutkan dengan obat lain.
Karena
rahim saya bersih dan tidak memerlukan tindakan kuretase, maka dr. Fathimah
hanya memberikan obat penormal hormon dengan dosis tertentu.
Dr.
Fathimah juga menyatakan bahwa hiperplasia ini tidak perlu dikhawatirkan, namun
tetap saja dapat menjadi berbahaya di kemudian hari, karena ia berpotensi
menjadi kanker rahim. Tetapi, seolah menenangkan saya, dokter Fathimah
buru-buru berujar bahwa kanker rahim biasanya terjadi di usia mendekati 50
tahun. Mudah-mudahan saya bisa terus menjaga kesehatan organ kewanitaan
sehingga tak perlu mengidap penyakit yang parah. Dan untuk Anda, jika mengalami
menstruasi berkepanjangan, ada baiknya untuk segera memeriksakan diri ke dokter
agar dapat diketahui penyebabnya dan tentu saja treatment yang tepat.
referensi
:
http://www.kompasiana.com/omri/apakah-yang-perlu-diketahui-wanita-mengenai-hormon_550eda9a813311b82cbc65eb
http://novalrohman.net/cara-menyembuhkan-penebalan-dinding-rahim.html
http://menstruasi.com/node/123
http://www.kompasiana.com/omri/apakah-yang-perlu-diketahui-wanita-mengenai-hormon_550eda9a813311b82cbc65eb
http://novalrohman.net/cara-menyembuhkan-penebalan-dinding-rahim.html
http://menstruasi.com/node/123