Jul 6, 2005

Orang Baik

Oleh: Zaim Uchrowi

Seorang baik seringkali hanya kita sadari keberadaannya saat maut telah menjemput. Mereka umumnya bukan orang-orang panggung. Bukan pula orang yang biasa disanjung-sanjung.

Dalam keseharian, mereka seperti tak berbeda dengan orang-orang kebanyakan. Padahal, mereka sungguh pribadi berbeda, yang nama baik dan auranya justru memancar deras setelah jasadnya dikuburkan.Dalam dua pekan ini, empat orang baik meninggal dunia. Mereka Ustadz Rahmat Abdullah, Eki Syachruddin, Saleh Afiff, dan Roeslan Abdulgani. Saya, alhamdulillah, sempat bertakziah dan shalat jenazah untuk tiga orang di antaranya selain Roeslan Abdulgani sang tokoh sejarah.

Saya bersyukur berkesempatan melihat wajah-wajah yang begitu damai, yang tak hanya seperti berada di puncak kelelapannya namun juga''bercahaya''.Wajah demikian yang tampak pada jasad Ustadz Rahmat Abdullah, yang saya menyesal tak berkesempatan mengenalnya langsung semasa ia masih punya hayat.

Sebagian orang menuliskan namanya KH atau ''kiaihaji''. Tapi, ia lebih tepat disebut ustadz karena ia memang sebenar-benar ustadz. Ia telah memilih jalan dakwah sebagai jalan hidupnya. Murid kesayangan KH Abdullah Syafii ini bukan saja memiliki kedalaman ilmu agama. Ia juga memiliki kegairahan dan cinta. Sejak muda ia telah aktif berdakwah. Langkah dakwahnya lebih intensif lagi seperempat abad silam. Ia telah melangkahkan kaki ke mana-mana dengan biaya sendiri untuk mengajak orang-orang ke jalan dakwah. Ia selalu tampak bergairah dan menggembirakan orang yang bersua dengannya.

Pada murid-muridnya, ia bukan hanya memberi ilmu. Ia juga memberi cinta. Caranya melayani istri, anak-anak, kerabat, serta sahabat acap menjadi percakapan orang, sekalipun ia tak pernah mengisahkan hal itu. Hingga akhir hayatnya, ia tetap seorang yang bersahaja. Ketika orang lain berebut kursi DPR, ia berulang kali mendesak kawan-kawannya separtai agar dirinya dibebaskan dari tugas di DPR. Ia mengaku tidak cocok di DPR, dan ingin fokus ke jalan dakwah. Ia begitu mencintai dakwah sebagai wujud cintanya pada Sang Pemilik Cinta.

Tepat di usia yang sama dengan Rasulullah SAW saat berhijrah, sekitar 52 tahun,Ustadz Rahmat pun dihijrahkan Allah SWT kepangkuan-Nya.
Di saat itulah cinta yang telah ia tebarkan pun mampu menggerakkan ribuan orang untuk datang melayatnya.Ribuan orang itu gelombang demi gelombang menyalatkan jenazahnya yang disemayamkan di ruang sekolah yang dibangunnya, menjadi sebuah prosesi penghormatan kematian terindah yang pernah saya saksikan.

Eki Syachruddin adalah sosok baik lainnya. Sejak 1960-an ia telah aktif di berbagai kegiatan kebangsaan dan kemasyarakatan. Ia seorang humoris seperti UstadzRahmat, serta punya sangat banyak kawan lintas kalangan. Namun, Eki tetap seorang bersahaja. Ia lebih suka mengorbitkan kawan-kawannya ketimbang dirinya sendiri. Sukses menjadi dubes di negara besar, Kanada, Eki tetaplah seorang kasual. Pulang ke Jakarta, ia kembali ke rumahnya yang sederhana di sebuah jalan sempit di kawasan Slipi. Kini, Eki telah pergi sebagai seorang yang bahagia.

Orang baik lainnya adalah Saleh Afiff. Ia menteri yang sangat dipercaya membantu Soeharto menjalankan pemerintahan Orde Baru dahulu. Jika mau, ia bisa kaya raya serta bergaya jumawa seperti birokrat pada umumnya. Tapi, ia tidak begitu. Meskipun memegang kuasa, ia tetap guru besar yang sederhana. Setelah pensiun, ia menikmati hari tuanya bersama istri dan seorang anaknya tanpa satu pun pembantu rumah tangga di rumahnya. Kematiannya telah membuat teman-teman lamanya teringat kembali atas perselisihannya dengan Soeharto setelah ia menolak mendukung proyek mobil Timor yang diajukanTommy. Sama seperti Ustadz Rahmat dan Eki, Allah telah memberikan jalan kematian yang indah bagi Saleh Afiff: Tak perlu berlama-lama menanggung rasa sakit, koma, dan segera menghembuskan napas terakhirnya.

Mereka semua hanya sebagian dari orang baik di Indonesia. Saya percaya, masih sangat banyak orang baik yang ada di negeri ini. Keberadaan mereka semua menjadi jaminan bangsa kita untuk kian berjaya. Kita sering tidak menyadari keberadaan mereka sampai maut datang menjemputnya.

0 komentar: