Bismillah.
Pro-kontra terhadap RUU APP makin panas aja. Akhirnya mayoritas diam –mengutip tajuk Republika- bersuara juga. Aku yang kebetulan gak ikut aksi sejuta ummat ahad lalu itu, nungguin beritanya dari tivi. Metro TV, yang jadi stasiun favoritku untuk versi berita, tumben-tumbenan gak nayangin. Aku sampe heran sendiri, kok gak ada ya? Padahal biasanya Metro yang paling up to date. Berita siang gak sempet kutonton, pun berita petang. Yang bikin aku makin kaget, besoknya aku dengerin diskusi di radio kalo seharian kemarin aksi sejuta ummat mendukung pengesahan RUU APP sama sekali gak disiarkan stasiun televisi swasta manapun!
Aku gak abis pikir…
Kok segitunya ya?
Ini bukan masalah fair dan tidak fair. Tahulah kita siapa aja orang-orang di belakang layar tivi itu. Wajar kalau (mungkin) kemudian mereka punya sentiment tertentu. Tapi ini bagiku jadi lucu banget. Gak masuk akal aja ada event yang begitu besar gak diliput sama sekali. Bener-bener gak masuk akal. Namanya wartawan, pasti kalau ada kejadian menarik dikit aja, insting jurnalistiknya akan jalan. Tapi…ini…?!?
Waktu ikutan diskusi sama Jaringan Kerja RUU APP bareng Bu Inke Maris (wartawati senior, yg dulu jadi penyiar TVRI itu lho..), Mbak Azimah Subagjo (Masyarakat Tolak Pornografi), Pak Elmir, Bu Elly Risman (pemerhati anak) dan orang-orang penting lainnya, kita sampe bolak-balik ngeributin mau dibawa kemana isu APP ini. Aku pribadi dan teman-teman dari BEM UI gak sepakat kalo isu ini diusung dengan bendera agama. Jatoh-jatohnya bakalan jadi isu sektarian, dan tentu ini akan sulit diterima banyak kalangan. Buntut-buntutnya, yang pro akan kekeuh sama pendapatnya, yang kontra juga makin kontra. Gak akan ada titik temu. Akibatnya bisa panjang juga, karena bersinggungan dengan isu SARA. Gak heran orang-orang yang kontra jadi pada phobi duluan, takut Indonesia mau dijadikan negara Islam-lah, takut yang pake koteka ditangkepin-lah, takut Indonesia pecah-lah…
Padahal menurutku, isu pornografi-pornoaksi bukan isu sektarian atau agama. Jelas, karena korbannya gak pandang bulu. Taruhlah perkosaan yang terjadi karena pelaku terangsang gara-gara abis nonton goyang ngebor Inul, atau abis nonton komedi cabul, baca-baca majalah porno, dll. Korbannya jelas bukan dari agama Islam saja. Mau dia islam kek, kristen, budha, hindu, kejawen, atau atheis sekalipun, tetap terancam menjadi korban.
So, apakah dampak pornografi menimpa orang Islam saja sehingga kemudian orang Islam beramai-ramai mendukung RUU ini?
Ini, yang dari kemarin agaknya belum di fahami oleh pihak yang kontra.
Pornografi-pornoaksi itu mengancam kita semua, Bung!
Mau jadi apa adik-adik dan anak-anak kita kalau mereka bisa dengan bebas membaca bacaan porno sejak usia dini? Tahu tidak, ada puluhan jenis komik yang memuat gambar bagaimana melakukan hubungan seks, bagaimana memasukkan alat kelamin pria ke alat kelamin wanita, bermacam gaya berhubungan seksual… Yang kayak gini jadi santapan harian bocah-bocah SD! Sudah berapa banyak kasus perkosaan yang dilakukan bocah umur 10 tahun terhadap tetangganya sendiri yang masih berusia 3 tahun, karena mereka penasaran ingin mencoba memperagakan apa yang mereka tonton dalam film porno?
Mau dibawa kemana masa depan bangsa ini kalau banyak yang berpikiran ngeres abis ngeliat tayangan-tayangan mengundang birahi? Iya kalau mereka punya pelampiasan yang halal (udah nikah gitu maksudnya). Kalau enggak?
Fuh! Perlu dibeberin berapa kasus perkosaan akibat pengaruh pornografi-pornoaksi sih, supaya semuanya bisa pada nyadar???
Makanya aku sedih aja kalau isu ini makin mengerucut jadi isu sektarian. Sama sekali tidak, dan bukan maksud kami menghubung-hubungkannya dengan isu agama… :((
(Yang paling bikin miris dan geregetan, ada segolongan orang yang teriak-teriak, “Tegakkan syariat Islam dengan UU APP!”. ini bukan masalah setuj-tidak setuju dgn syariat...tapi yakin efektif gak, kalau bukan malah nambah phobi orang-orang yang emang udah antipati sama agama ini?!?!?)
Sulit…sulit sekali kalau isu APP ini dikait-kaitkan dengan agama. Yang harus kita lakukan justru meyakinkan pihak yang kontra kalau isu ini adalah demi kebaikan bersama, bukan (menyiratkan) akan menguntungkan sebagian golongan. Yang harus kita usahakan adalah menyadarkan pihak yang kontra bahwa pornografi dan pornoaksi adalah musuh bersama, tidak beda dengan narkoba!
C’mon…
Jernihlah, teman…
Semua ini demi kebaikan kita…kebaikan generasi muda bangsa ini…
Bukan, APP sama sekali bukan isu sektarian.
Please, dibaca dulu itu RUU-nya sebelum komentar macem-macem. Ada kok pengecualian buat daerah-daerah yang punya budaya tertentu macam koteka, kemben, dan sebagainya.
Lihat dan buka mata lebar-lebar, sudah terlalu banyak korban perkosaan atau pelecehan yang terjadi akibat pornografi dan pornoaksi. Apakah kita akan terus ribut sementara korban terus berjatuhan? Bagaimana jika anak-anak kita, adik-adik, atau saudara perempuan kita yang jadi korban?
Jernihlah…
Jernihlah melihat persoalan…
Katakan tolak pornografi dan pornoaksi.
Mari kita dukung RUU APP demi kebaikan bersama.
May 26, 2006
Bukan Sektarian
Diposkan oleh Indra Fathiana di 5/26/2006
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment