Sejujurnya saya tidak suka terjebak pada situasi itu. Tidak ada kemajuan, dan mundur malah lebih tidak memungkinkan. Pertanyaannya, sudahkah kita coba beranjak dari kondisi yang kita tidak sukai tersebut?
Saya jawab, saya mencoba.
Tapi kenyataannya saya hanya berputar-putar, terjebak pada kesemrawutan yang saya ciptakan. Benar. Jika saya mau, maka saya bisa saja mengubah dan menjadikan hal itu bukan permasalahan. Jika saya berkeinginan, maka saya bisa saja menjadikannya bukan sebagai beban. Tinggal klik gelombang di otak persepsi saya, dan “blass…”, segalanya menjadi lebih ringan.
Tapi ternyata tidak sesederhana itu pula. Saya tidak sedang berbicara tentang diri saya. Melainkan juga kaitannya dengan berbagai macam unsur yang terlibat disana.
Gamang.
Dan pandangan saya berkali-kali menjadi hampa, menerawang sambil memikirkan, “bagaimana, bagaimana…”
Saya hanya tidak berani, ujarnya.
Saya hanya takut menanggung konsekuensi, tambahnya lagi.
Mungkin benar demikian. Tapi sungguh, jika saja syaraf ini bisa terbelah, akan kaulihat simpul-simpulnya begitu menegang, nyaris terbakar. Karenanya saya lebih suka membiarkan perjalanan itu menemukan ujungnya sendiri, tanpa intervensi. Dan seketika ketegangan membeku, walau berpotensi memanas sewaktu-waktu.
Dan tidak ada kemajuan sedikitpun, tidak ada kecerahan, tidak ada keputusan, tidak ada apapun yang saya hasilkan.
Saya hanya berharap suatu saat akan terbuka jalan…
Suatu kondisi dimana tak ada lagi beban dan segala keputusan yang arif dapat dimenangkan. Tapi mungkin tidak sekarang.
Kpd seorang sahabat: kali ini, bolehkah aku yang mengharapkan keajaiban?
5 komentar:
Bismillah...
Mana yang lebih kita yakini
Janji dan jaminan Allah, atau
Rencana2 rapi dan kerja keras yang dilandasi keangkuhan kita?
Semuanya dari Allah, kembalikan ke Allah
Kalo udah KUN, walau seluruh jin dan manusia menentang, tetep aja FAYAKUN
Kebetulan kmrn aku baru ngisi outbond, salah satu permainannya membuat semua frustrasi karena merasa tidak ada jalan ketemu.. aku bilang, "ada.. ada jalan.. ada jalan..", mereka ga percaya dan mereka totally desperate dan menganggapku berbohong.
Sekian puluh menit kemudian baru ketauan memang ada jalan.
so, kdg kita memang lebih percaya dengan indra kita (loh jadi namamu), dalam kesulitan yg amat membuntukan, bahwa tidak ada jalan. Padahal DIA sudah berjanji akan ada kemudahan sesudah kesulitan..
I donno, hope it helps.. aku berharap pada akhirnya adalah keputusan terbaik yang membuatmu dan orang2 lain bahagia. 'amiin..
boleh .. tapi keajaibanNya lah yang terbaik ...
pa kabar? :)
Hmm... seringkali stagnasi atau keajaiban kita sendiri yang menciptakannya...
Ya udah, pilih yang pasti-pasti aja. Jalan masih panjang, sayang kalo harus buang energi dalam kegamangan dan ketidakjelasan...
Btw, anonymous lagi promosi film ya? =)
nompol banget nih ukh dengan kondisi ku skrg y bnr2 lg stagnan!! tak ada perubahan y berarti..
Moga "keajaiban" itu sgr datang, ya.."keajaiban" y hanya datang jika kita benar2 serius utk menemukannya..
btw, syukron atas kunjunganx.. :)
Post a Comment