Bismillah.
Lama tak mengisi blog ini, kukabarkan pada kalian, wahai dunia, aku masih hidup! :)
Ya. Alhamdulillah aku masih diberi kesempatan hidup. Setelah sebelumnya harus "simulasi kematian" dengan metode ‘learning by doing’, pembelajaran terbaik yang lebih terserap karena melibatkan semua unsur; fisik, pikiran, dan hati.
Tidak ada feeling apa-apa sebelum berangkat. Aku hanya meyakinkan diri untuk lebih berhati-hati karena hari sudah malam, dan biasanya jalanan akan terlihat lebih remang; apalagi di mataku yang sensitif debu dan mudah teriritasi.
Dan akupun berangkatlah. Berusaha memenuhi janji dan membuat temanku itu tak lama menunggu. SMS temanku : “Cepet ya, kalau bisa sekarang. Soalnya mau pergi lagi.
Saat itu pikiranku hanya satu: sesegera mungkin sampai ke tujuan.
Hingga tiba di lampu merah Slamet Riyadi, Jatinegara, semua masih lancar. Begitu lampu hijau menyala, arus lalu lintas yang padat jadi mengencang, dan otomatis membuatku yang berada 3 baris dari depan ikut lebih kuat menggas kendaraan.
Baru menyeberang perempatan beberapa detik dalam keadaan motor yang berlari kencang, kulihat 2 lubang di hadapanku, dan refleks aku menghindar.
Stang kubelokkan ke arah kiri, dan detik itu pula…
dari arah kiri belakang sebuah motor menabrakku tanpa kendali!
ALLAHU AKBAR!
Panik, aku bertakbir berulang kali. Sudah tidak ingat aku dimana rem, dimana segala macam pijak gigi, dan seterusnya. Badan motorku menyangkut di motor si penabrak, terseret miring sekian meter selama beberapa detik mengikuti dia, dan selama itu pula aku hanya bisa menyebut asma-Nya dalam pasrah…
Akhirnya motor itu menghantam sesuatu dan aku ikut terjatuh.
Kurasakan punggung dan bahu kananku membentur jalan yang keras. Kakiku terjepit tertimpa sepeda motor yang kukendarai. Si penabrak sendiri, tak tahu pasti aku bagaimana kondisi dan posisinya. Tiba-tiba orang-orang berkerumun, mengangkat sepeda motorku dan membantuku bangun.
Tiba-tiba sesuatu menetes menodai jaket yang kupakai.
Darah!!!
Apa yang berdarah???
“Berdarah!” seru seseorang dengan lantang.
Kukuatkan hati yang mendadak gemetar. Gapapa, indra… kamu gapapa… kamu gak apa-apa…
Seorang polisi menuntun sepeda motorku diiringi yang lain. Dan beberapa orang lainnya mengamatiku baik-baik.
“Mbak gapapa?” tanya pemuda yang kuduga si penabrakku.
“Ini tissue mbak…” ujar seorang yang lain.
“Gak…gak papa…Ini cuma berdarah…Parah gak ya?” kataku tidak yakin.
Kusingkap sedikit jilbab di pelipisku, dan mas-mas yang menabrakku memperhatikan lebih seksama.
“Lukanya kecil, tapi agak dalam…”
Dan aku meringis nyeri.
“Mas gak papa?” kutanya pria yang tampak baik-baik saja itu. Wajahnya pias, entah mengkhawatirkan aku atau apa.
“Gak…saya gak papa…”
“Anda sendirian?”
“Iya, Pak…”.
“Anda…” ia menoleh ke pria yang menabrakku. “Gimana, ada tuntutan gak?”
“Enggak… gak ada…”
“Kalo gak ada ya sudah, selesai disini. Lain kali hati-hati…”
Panikku belum selesai, darahku belum berhenti mengucur, tiba-tiba sarafku dipaksa menegang. Aku terluka, dan… tuntutan apa??
“Minum dulu, Mbak…” ulur seorang bapak tua. Dan orang-orang kemudian perlahan meninggalkan. Pria itu juga kembali pada motornya yang diparkir agak di depan.
Kuhubungi temanku segera. Mengabarkan bahwa pertemuan hari itu terpaksa dibatalkan karena musibah yang menimpa. Kukabarkan orang dekat yang lain, berharap mendapat bantuan. Setidaknya ada yang tahu bahwa aku kecelakaan. Dan tentu saja, aku hanya ingin segera pulang.
Seorang pemuda pengatur lalu-lintas informal mendekatiku yang masih sibuk mengelap luka di dahi. Masih bertanya hal yang sama, “Gimana Mbak, gak papa?”
Sampai akhirnya ia menawari tuk mengantarkanku ke apotek seberang, tapi kutolak halus dan hanya minta bantuan membelikan betadine. Pemuda yang baik sekali…
Begitu ia datang lagi, langsung kuobati bocor di atas alis kiri, juga kulit yang terkelupas di dekat mata kaki kanan dan di bawah lutut kiri.
Si penabrakku sendiri baik-baik saja, hanya terdengar bahwa motornya rusak dan sampai aku pamit, belum dapat dipastikan apakah kendaraannya itu bisa kembali berjalan normal. Maafkan saya ya… kita sama-sama mendapatkan kerugian :’(
Akhirnya kupaksakan meneruskan perjalanan pulang sendirian karena mustahil menunggu bantuan datang. Kali ini, dengan kecepatan minimal sambil merasakan perih yang tertahan…
Ya Allah, terima kasih banyak sudah mengingatkan banyak hal…
***
Pelajaran 1 :
Persiapkan segala sesuatu baik-baik sebelum berangkat. Termasuk meresapi doa “bismillahi tawakkaltu ‘alallaahi laa hawla walaa quwwata illa billah…”. Dengan nama Allah aku bertawakkal, tiada daya dan kekuatan selain dari Allah. Well, everythings can happen begitu kita keluar dari rumah…
Pelajaran 2 :
Bersikap tenang dalam keteburu-buruan tetap penting tuk dilakukan. Ketergesaan berpotensi menimbulkan ketidakberesan. Bergerak cepat boleh, tapi tetap harus tenang.
Pelajaran 3 :
Bagi para pengendara kendaraan roda dua, better gunakan helm yang menutupi semua bagian kepala karena kalo kita jatoh (na'udzubillahh...), kepala terlindung dari benturan. Jangan lupa, baik-baik perhatikan lubang yang semakin banyak bertebaran di jalan raya. Walaupun ngebut itu asyik (teteup…), slogan “Ngebut berarti Maut” kurasa masih terus relevan. Apalagi kalau udah kejeblos di lubang itu, atau ngerem mendadak dan bikin yang ada di belakang jadi nabrak…
Btw kabarnya, yang kecelakaan gara-gara lubang di jalanan itu gak sedikit… Ehm, wahai pemerintahku yang solih dan bertanggung jawab, harus menunggu berapa ratus korban lagi? >:(
Pelajaran 4 :
Kalimat “belum kapok naik motor kalau belum jatuh”, buatku kurang berlaku. Kapok mah enggak… hehe. Yang jelas, naik motor akan aman kalau kitanya hati-hati. So, berhati-hatilah. (intinya, jangan kapok naek motor ya. Hehe…)
Pelajaran 5 :
Pastikan di setiap momen, kita selalu dalam keadaan mengingat Allah. Berdzikir sambil berkendara merupakan hal yang sangat mungkin tuk dilakukan. Kematian baru terasa dekat ketika peristiwa mengerikan menghampiri kita. Tapi sesungguhnya, ia bisa menghampiri kita kapanpun, dimanapun, dalam kondisi apapun…
Pelajaran 6 : (silakan ditambahkan…)
Ahad,
-dilarangNaekMotorLagiSamaMamah:(
gbr dari http://myfloridalegal.com/
dan
trimakasihh, maaf ga ijin...
7 komentar:
Innalillaahi, sekarang gimana kondisimu ndra? Mengerikan sekali, ga sampe dirawat kan?
aku baik2 aja kok nuy..udah jalan2 lagih :D
cuma masih agak pusing...
doakan aja smg ga ada hal serius ya. jzk
Alhamdulillah masih diberi keselamatan oleh Yang Kuasa, semoga kejadian ini bisa membuat diri lebih aware bahwa jalan raya tetap menjadi ladang 'pembantaian' bagi mereka yang ceroboh.
Rgds,
feel free to visit : www.jalanraya.net
(*jangan lupa isi buku tamu :-), promosi hihihihii)
Ass Wr wb.
Saya amir h dari majalah bikersmagz. majalahnya bikers.
Untuk inspirasi bikers lainnya, saya minta izin memasukkan tulisan ini ke majalah kami. Sekalian dengan foto mbak fathi dengan sang motor.
Mohon balasannya ke amirone@bikersmagz.com
atau 021-71541532
makasih mbak!
mb fathy.. inalillahi..
ehm.. tahu g mba.. ktk aku bc critanya mba..aku jd inget sm diriku sendiri...
aku yg serring bgt ngebut, trutama di pagi hari jam 6 klo waktu sdh mepet, dan ada syuro pagi, dan juga ktika plg dr kampus menjelang maghrib..
.. aku sll melewati jln berlubang yang khas.. dan aku sdh sgt hafal dg jalan yg berlubang itu..
mkasih mba.. sdh diingetin..
iya kita g boleh buru2... hrs ttp tenang..
makasih bgt ya mbak..
hanifah
waduh..hati2 dikau!
Ya Allah Indra..aku ikutan gemetar baca crita mu..
Gmn kabar mu? dengar2 kamu juga katanya abis kena gejala typhus ya.. :(
Indra baik-baik yah...Kangennn!
Anis
Post a Comment