Oct 21, 2005

Sabar Itu Sulit

bismillah.

berada di antara sekian jiwa manusia, sungguh membutuhkan kesabaran yang luar biasa.
atau tidak perlulah sekian jiwa, tapi satu saja, antara suami-istri misalnya, pun membutuhkan samudera kesabaran tak terhingga.

aku sudah belajar tentang perilaku manusia.
tapi belajar saja tidak cukup.
bukankah ilmu yang tidak diamalkan serupa dengan pohon yang tak berbuah?

tapi beretorika masih saja lebih mudah ketimbang bergerak dan berdinamika.

aku memang sudah belajar tentang kesedihan mereka, gembira, amarah, atau apapun yang berkaitan dengannya. seharusnya aku sudah lebih mengerti. seharusnya aku bisa jauh lebih sabar. seharusnya aku juga mampu memahami mereka seutuhnya.

tapi ya Rohmaan...
sabar itu memang sulit.
luar biasa sulit.

seperti kemarin, dan sampai hari ini.
ada yang datang dan menunggu selama 2 jam, tapi orang yang ditunggu entah kemana.
ada yang suka berkata kasar, tapi seringkali ia tak sadar bahwa lisannya acap menoreh luka.
ada yang tidak merasa berbuat salah, padahal jelas-jelas ia membuat orang lain kecewa.

ah...
tidak baik "ngrasani" orang disini. tapi insya allah aku belajar. setidaknya tuk berevaluasi dan jadi lebih sabar.
tidak ada sikap terbaik selain sabar... sabar... dan sabar menghadapi sesama.
amarahnya. kecewanya. dukanya. nyebelinnya. semuanya.
pun menghadapi diri sendiri dengan berbagai sakit hatinya, marahnya, sedihnya, malasnya, maksiatnya, semuanya.


"robbanaa afrigh 'alayna shobron... watsabbit aqdaamanaa... wanshurna 'alal qoumil kaafiriin..."


~lagiNgejewerKupingSendiri~

1 komentar:

Anonymous said...

artikel yang bagus mbak, ia setuju sabar memang sulit, tapi kita usahakan untuk terus melatih diri dalam bersikap sabar,betul mbak fathy, teori memang mudah, namun seringkali sulit untuk penerapannya, insya Allah, jika kita membiasakan diri bersikap sabar, seiring dengan perjalanan waktu membuat kita dapat lebih bijak dalam menghadapi masalah. sukses mbak fathy. salam kenal saya juga dr psikologi. univ. gunadarma angkatan 2005. teddy.