Nov 18, 2007

Tentang Bekerja

Bismillah…


Pekan lalu, dalam sebuah pertemuan dengan beberapa teman, kami berbincang.
Seorang rekan kami yang kebetulan PNS di sebuah lembaga pemerintah, kebetulan tengah hamil 6 bulan. Ia, yang baru saja pulih dari sakitnya berbulan-bulan, alhamdulillah kini sudah bisa bekerja seperti biasa.

Sayangnya, karena pengaruh kehamilannya, ia kerap kali muntah di kantor. Akibatnya,
Aku kerja seringnya cuma sampai jam 10. Jam 10 udah pulang...,” ujar E, temanku itu.
Dan tentu saja kami semua terbelalak.
Ha? Kerja apaan kamu, E?”
Wahh... makan gaji buta kau, E
”Merugikan negara nih!”

Si E hanya bisa tersenyum simpul.
Ya abis gimana... di kantor kalau muntah ya akan muntah di ruangan. Ga sempat lari ke toilet... Daripada bikin satu ruangan gak nyaman...”
”Tapi tetep nerima gaji utuh?”
”Ya namanya juga PNS... Alhamdulillah, sih...”

Lain lagi kisah temanku, M, yang bekerja sebagai guru di sebuah SMA swasta. Awalnya, ia memang menerima gaji honorer; kalau masuk dapet honor, kalau gak masuk gak dapet honor. Belakangan ia sudah menerima gaji tetap; masuk-gak masuk gajinya gak berubah. Ketika berhari-hari tidak masuk karena suatu urusan, ia berkata pada petugas pembayar gaji karyawan.

”Pak, kayaknya gaji saya kebanyakan nih. Saya kan cuma masuk sekian hari bulan ini...”
Tapi tentu saja petugas itu tidak mau ambil pusing.
Terserah Mbak deh mau diapakan...”

Ketika M bercerita padaku, aku berkata,
Ya toh kamu juga mengerjakan tugas-tugas sekolah di luar jam sekolah, bukan? Kamu bahkan menerima konsultasi anak-anak. Mudah-mudahan itu sebanding dengan honor kamu...”
Nah, aku juga berpendapat begitu sih... Selain itu, aku pikir aku optimalkan aja semaksimal mungkin ketika aku masuk,” kata M.
”Atau bisa juga kamu itung honormu berapa yang sesuai dengan jumlah hari kamu masuk. Sisanya infak-kan aja...”
”Tapi itu banyak banget, Ndra... ratusan ribu...”
”Ya... kalau bicara siapa yang butuh infak, pasti banyak banget kok, M...”

Tapi ternyata kisah M itu belum apa-apa. Ada yang lebih mengejutkan lagi.
Rekan
guru yang masih satu bidang pelajaran dengan M malah tidak mau menerima sama sekali honornya yang ”kebanyakan” itu. Prinsipnya, ”Saya hanya memakan apa yang memang menjadi hak saya,”.

Kalau membandingkan dua kasus di atas, aku jadi bersyukur hingga saat ini. Sebagai pekerja sosial di LSM, aku memang berstatus honorer. Kalau masuk kantor dapet honor, kalau gak masuk ya gak dapet honor (itu di luar training fee yang lumayan besar sih...). Sangat kecil, memang. Tetapi dengan begitu, segala sesuatu memang menjadi jelas : Aku menerima sesuai dengan apa yang aku kerjakan. Sehingga, amannya, aku tidak ”makan gaji buta” yang memang bukan hak-ku sepenuhnya.


Sejujurnya aku tidak ingin memicingkan sebelah mata terhadap profesi PNS. Sebab jangan-jangan, kalau aku ada di posisi mereka, aku juga akan berlaku demikian.
Nyaman sekali bukan, mene
rima gaji utuh walau kita tidak bekerja dengan optimal?


Sayangnya, sepengetahuanku, masih banyak orang beranggapan profesi PNS sangat menyenangkan justru karena hal itu : gaji utuh walau kerjaan gak beres, plus tunjangan, plus uang pensiun di hari tua (padahal uang pensiun juga sangat kecil jumlahnya – aku tau itu karena ayahku juga pensiunan PNS). Bahkan seorang senior yang kuyakin pemahaman agamanya cukup baik, juga punya paradigma seperti itu. Ia bisa pulang 2 jam lebih awal dari jadwal, dengan alasan anak di rumah butuh perhatian!

Gak heran deh kalau banyak orang memanfaatkan posisi ini. Judulnya semua ditanggung instansi tempat kita bekerja, walau kita memberikan kinerja yang gak sebanding! >_<

Berbeda dengan cerita Anis Bunnies, temanku yang bekerja di perusahaan swasta. Dengan gaji yang memang sebanding dengan jerih-payahnya, ia sangat dituntut untuk bekerja profesional. ”Ya kan kita dibayar untuk bekerja, Ndra...” ujarnya.

Aku gak bilang bahwa jadi PNS itu suatu keburukan, ya. Salut untuk mereka yang bertekad menegakkan budaya kerja profesional dan bersih di instansi pemerintah (semoga istiqomah!). Setiap orang punya pilihan kok... dan setiap orang berhak menikmati apa yang sudah mereka perjuangkan.

Tapi jadi miris aja, kalau kebanyakan orang masih berpikiran bahwa menjadi PNS berarti bisa bekerja sesuka hati (baca: tidak profesional) dan ”asalkan mendapat gaji utuh”. Berapa banyak negara terugikan kalau begini caranya...

Boro-boro deh bicara tentang ”memakan apa yang bukan hak-nya”...
Apalagi tentang keberkahan rizki... pertanggungjawaban di hadapan Allah...
dan seterusnya... dan seterusnya...

Fuhhh...
Mengerikan sekali...
Semoga kita semua dihindarkan dari hal-hal semacam itu ya :(


~ditengah2KeprihatinanYangMendalam...
Wed, 15.11.07; 10:25 am.

gbr dr http://pt.inmagine.com/business-personalities-photos/photodisc-pdil050
dan http://www.grinningplanet.com/2003/workaholics/joke-1704.htm

maap ga ijin....

12 komentar:

Dewi said...

yaaaa.. gimana yaaa??

~bukan pns

Indra Fathiana said...

to dew:
gmn apanya mba?

-sy juga bukan pns:D

Anonymous said...

pengecualian buat pns di tempatku. dari pagi sampe sore kerja pontang-panting demi pasien, kadang2 sabtu/minggu masuk buat QA alat, tp ttp merasa underpaid ;p

Indra Fathiana said...

to padil:
bersyukurlah, nak...:D
di tengah2 keluhan tetep masuk sabtu/ahad, mudah2an rizkimu halal dan berkah :)

Anonymous said...

kalo dulu sempet ada usulan untuk mengubah kata "pemerintah" menjadi penerima amanat, pasti ngeri deh tuh para PNS, kalo pemerintah kan kesannya "yang memberikan perintah"
bukan begitu ?

Indra Fathiana said...

to suroi:
iya tuh, scr psikologis jg beda.
sptnya usulan yang sangat bagus..

Spedaman said...

klo dikantor Spedaman, ga lembur aja udah bersyukur banget.
sibuuuuuk!

sampe orang rumah bilang: kok pegawai negeri lembur terus sih?

oia tambahan: disini klo kita sakit ato ga masuk dengan alasan apapun, tunjangan kita dipotong lho...

btw Fathy kerja dimana ni? :D



*pernah lembur sampe 2.30 am*

Indra Fathiana said...

to spedaman:
wah, kamu memang PNS sejati, nak!
ayo teruskan bekerja dengan baik!
hihi...
aku di LSM, dhan.. perasaan dirimu nanya itu mulu. dan berkali2 udah aku jawab juga.. *tape deh...*

Awan Diga Aristo said...

Assalamu'alaikum wr wb...

Indraaaaaaaaa !!!!!!!! =D

gantian maen-maen...

yap, begitulah dunia PNS kita (sedihnya), kalo kata orang depdagri istilahnya PGBS (pintar g*bl*k bayaran sama)...
Ada yang pengen jadi PNS karena pengen santai, ada yang pengen jadi PNS karena pengen mengabdi buat negara, ada yang gatau mau ngapain tapi ikut rame2 seleksi aja...

Macem2 lah...

Herannya, setelah hampir 3 taun disini, saya TAMBAH GA MAU jadi PNS :))

*bosenditanyaorangknapakemarengaikutseleksipns

Indra Fathiana said...

to awan:

hey k' awaaaaaaaaaaaaaaannn...
apa kabar dirimuh..akhirnya komen juga :D

haha..ga mau-ga mau tapi lo kaga pindah2 juga k, dari Bappenas :P
tau dah gw, orang kaya dirimu pasti kaga bakal mao jd PNS biar disuruh2 ky apa jg...

lha aku jg..bbrp x ditanyain sm org,knp ga ikut seleksi, pake dipicingin mata segala! kesannya aku ky orang paling o'on sedunia krn ga mau coba PNS.

yaudah kita wirausaha ajah!
gmn kbr cafe Scanda-nya di bdg tea? kapan2 aku kesana gratis yak! :D

Anonymous said...

wah ibuku PNS... *guru SMP* ;D tapi pas diajak kerja di sini az,, jadi full-time strawberry farmer,, akan bisa dapat 10x lipat atau lebih dari gaji mamah sbg guru per bulannya,,, mamah bilang...

"hmm dek.,, yg namanya abdi negara gak kayak gitu... ga cuma pas susah az jadi PNS,, tp jg pas udah seneng harus tetep mngabdi donk..."

smoga ibu ku ga trmasuk spt yg diceritakan di atas ^_^ tetep smangat kak! ;D

Anonymous said...

wah, nggak bisa digeneralisasi begitu dong! babe aye 25 tahun jadi honorer, yang gajinya cuma cukup buat bayar SPP. dan sekarang setelah jadi PNS masih aja rajin ke kantor.

susahjadimanusia