Sep 1, 2008

Di Sepertiga Terakhir


Bismillah…


Senarai angin malam berhembus basah.
Dingin yang menyapa lembut lapisan-lapisan epidermis mengguratkan beku sesekali, meniupkan aroma gigil di penghujung malam yang mistis. Sapuan lembut awan putih yang berderak, menghias kelam langit yang kian memucat.
Selalu sepi. Dan tanpa suara.

Diam tersungkur adalah pelengkap.
Tidak ada satupun fragmen pengganti yang menandingi tunduknya angkuh hati di saat semua makhluk merapati mimpi-mimpi. Terpasung dalam untaian tangis merintih, dan terjerembab dalam bentangan sajadah beraromakan kesturi.
Pada lusuh yang mengalas, bercermin pula khouf dan roja’ dalam kucuran bulir-bulir yang memanas.

Sudah datang masa berpulang di ambang putaran waktu ini.
Tak perlu berlama-lama menunggu titik balik, karena Cahaya memantulkan selisiknya pada tiap-tiap rongga yang masih sadar, atas tujuan apa ia diciptakan.

Maka terpuruknya, tersungkurnya, dan tergugunya ia adalah keadaan yang dipahami sebagai keterbalikan: karena ada masa dimana penawar baru terasa saat sudah mengalami kesakitan. Ada saat dimana segar baru terpulihkan ketika panas dirasakan sebagai bara yang membakar.


Duduk mematung kini.
Membiarkan semilir angin menyibukkan dirinya dalam satu-dua tiupan, menerbangkan sejumlah galau yang semakin ringan teruapkan. Meski sengguk-sengguk itu membuat sesak di dalam sini, dan berat dirasa punuk yang terus saja merunduk sedari tadi, rasanya belumlah lebur bergumpal-gumpal nista yang harus dipanggul ketika pengadilan menanti. Sesal terus saja menari di pelupuk retina, tak sanggup melawan imaji betapa beratnya, betapa sulitnya, jika kelak harus menanggung segala konsekuensi.

Ketika percik-percik bara sudah membuat lepuh urat-urat di setiap inci daging merah, bagaimanakah bisa, membayangkan seluruh tubuh bergenang-genang di lapis demi lapis kedalaman api panasnya? Saat Saqar pun Jahannam menyiapkan dirinya, tak lagi cukup takut dan khawatir mewakili segala makna.

Parah. Rasuk dosa selalu terlihat indah dalam pandangan para pemuja nafsu jiwa.
Serupa air di padang pasir yang tandus lagi gersang, begitulah tampak fatamorgana di mata para pemabuk yang tak lagi ingat mana logika, mana rasa, mana pula nurani yang bersuara.
Dan menumpuklah khamr-nya di setiap mili pembuluh darah, menagih adiksi yang harus terpuas, harus tersalur hingga terkapar sudah sang teraniaya: menyerah pada para durjana...

Beruntung, senantiasa masih ada kasih di setiap gelegar murka.
Ada kemurahan di antara amarah pada jiwa-jiwa yang lengah lagi berbalut pongah. Maka rapuh saat ini semoga menjadi kunci pembuka leburnya.
Sekedar memastikan bahwa masih ada cercah-cercah yang mampu membuat asa kembali terajut, meski dengan benang-benang yang tak lagi utuh berwujud. Sekedar meyakinkan bahwa selangit-bumi keliru masih dapat terobati dan menyembuh, dengan ketakterhinggaan ampunan dan kasih sayang di setiap waktu.

Semoga, tunduk hari ini bukan ia yang terakhir kalinya.
Tersungkur detik ini bukan lagi angkuh keesokan harinya. Karena kesempatan mendekat senantiasa ada jika memang kemauan itu jua mengada. Sebelum maut merapat, sebelum jejak-jejak Izrail mendekat, dan sebelum diangkat lembar-lembar amal yang tadinya tercatat, maka sebaik-baik penutup adalah taubat.

Beranjak, senyap kemudian mulai pergi dan fajar berganti mengawali hari. Desir angin yang bertiup tenang, membalut jiwa ringkih yang tertatih menyusun diri. Adakah yang lebih damai dari menyendiri bersama Sang Maha Kasih seperti ini? Niscaya kenikmatan manapun takkan mampu menggantikan kedudukannya di kesat hati yang selalu haus memulih...


WroteOnLastNiteOfRamadhan1428H,
Fri, 12.10.07; 00:41am; backsounded by Gloria, OST H2.
Masih relevan diposting skarang.
~KetikaBersamaMuSelaluSegalanya... :'(


"Wahai Allah, sesungguhnya aku telah berbuat zhalim kepada diriku
dengan kezaliman yang banyak, dan tidak ada yang mengampuni dosa-dosa selain Engkau, maka ampunilah daku dengan ampunan dariMU, dan kasihilah aku, sesungguhnya Engkau adalah Maha Pemberi ampunan dan Maha Penyayang..."
pics from:

4 komentar:

Anonymous said...

bismillaah...

semoga senantiasa diberi kesabaran atas ketidakmudengan hamba membaca postingan ini... [-o<

(peace :D)

Spedaman said...

Whoaaaaa setelah diteliti dan ditelaah dengan membaca 2x, akhirnya Spedaman "dong" :D

Semoga Allah memberikan petunjuk dan jalan yang terbaik bagi kita semua:)

Indra Fathiana said...

#andik: masa sih? ini kan sangat eksplisit skali :)

#spedaman: hehe..dhani emg cerdas! :) aaamiiin buat kita semua.

Cima said...

Salam ta'aruf...

ketika teringat ampunan Allah yang amat luas...hati ini makin terasa malu.