Alhamdulillah.
Baru terasa syukurnya setelah merasakan dinamika hubungan interpersonal dengan beberapa teman. Biasa, apalagi penyebabnya kalau bukan lidah, si organ yang katanya tak bertulang tapi lebih tajam dari pedang… *haiyyah…*
Hehe…
Seperti biasa, kalau udah gak suka sama orang, aku lebih suka ngejauhin.
Beda sama kalau aku ngomel-ngomel, itu tandanya aku masih baik. Maksudnya, marahnya gak sungguh-sungguh. Paling reda bentaran aja. Tapi kalau udah nyakitin banget, aku lebih suka memilih diam. Membiarkan lawan merenung.
Sukur-sukur kalau dia nyadar. Kalau enggak ya sudah. “Nasibmu, nak,” deh…
Jelek ya.
Karena orang jadi gak tau masalahnya apa, atau kesalahannya dimana. Dan tentu saja permasalahan tidak akan selesai (padahal aku tau banget, betapa gak enaknya digituin. Pantes aja Ka’ab bin Malik uring-uringan banget waktu didiemin Nabi Saw dan seluruh penduduk Makkah karena gak berangkat perang karena malas…)
Kadang aku berpikir…
Benar sekali, bahwa luka yang kita tanamkan pada orang lain itu, ibarat paku yang kita tancapkan di pagar hatinya. Bisa dicabut, tapi bekasnya tidak bisa hilang.
Forgiven but unforgotten, kata The Corrs.
Kemarin-kemarin aku masih kekeuh dengan prinsip itu.
Aku bisa memaafkan. Tapi tentu saja lukanya tetap tak bisa hilang.
Membekas.
Dan aku tidak pernah tahu (atau tidak mau tau?), sampai kapan bekasnya hinggap di jiwa.
Jadi better jauh-jauh aja, dan aku menganggap orang itu gak pernah ada.
Perilaku operasionalnya bisa dengan mendelete nama orang itu dari hp-ku, list YM, dan sebagainya. Pokoknya anggap aja orang itu gak pernah ada dalam kehidupan ini.
Baru deh, setelah banyak belajar dan baca-baca sekian banyak buku (The Secret dan Quantum Ikhlas, terutama), pikiranku jadi terbuka.
Kesal emang iya, tapi memelihara kesal sama dengan membebani diriku sendiri. Energinya negatif semua. Dan benar, kalau pake hukum tarik-menarik, sesuatu yang negatif hanya akan menarik hal-hal negatif pula.
Udah mana jadi capek karena mangkel, bawaannya juga gak tenang aja karena ada hal yang belum tuntas selesai.
Dan sesungguhnya, aku hanya me-repress kenangan buruk itu ke alam bawah sadar, tidak menyelesaikannya. Artinya, suatu saat pasti akan meletup lagi, karena mendiamkannya sama dengan menimbun gundukan bom waktu yang bersiap meledak jika masanya tiba suatu ketika.
Alhamdulillah…
Pada akhirnya aku bersyukur, karena sudah bisa menterapi diri sendiri sekarang.
Kuncinya cuma 2 ini nih : pikiran dan perasaan positif.
Seperti kemarin-kemarin misalnya.
Ada seseorang yang bilang,
“Tegas itu bagus, Fath. Tapi jangan samakan dengan galak. Waktu diawal kenal dan liat aktivitas kamu, wah salutt… kayaknya asyik nih kalau dijadiin istri. Tapi begitu kesini-kesini tau kamu galak, lama-lama terkikis deh…”
Dan aku tentu saja jadi misuh-misuh (Diem deh gak usah pada ketawa…).
Kalau mau ngingetin aku supaya jangan galak-galak ya udah bilang aja kayak gitu.
Apa hubungannya dengan “gak jadi berniat menjadikanku istri”, coba?
Lagipula kalimat itu juga terdengar kurang ahsan, kalau menurut Ucup, temen yang aku ceritain. Frontal bener kali ya…
Lagipula lagi, teman-temanku yang tau aku galak sampai detik ini juga masih mau bergaul sama aku. Lagipula juga, aku galak hanya pada beberapa hal. Lagipula, kalimatnya mengesankan aku tidak punya kebaikan apapun yang bisa mengcover kelemahan galakku. Jadi buat aku, tetep aja tuh gak ada korelasinya mengingatkan aku supaya ‘jangan terlalu galak’ dengan ‘gak jadi berniat menjadikan aku istri’.
Orang yang aanehhh…. -_-‘
Karena BT dan males ngomong lagi, melintaslah niat mau ngejauhin tu orang.
Siap-siap nih men-delete berbagai hal yang tersangkut-paut: ya YM, nomor hp, juga link blog…
Tapi aku inget-inget lagi…
Paku sudah menancap dan bekasnya sudah tertanam.
Tapi bekas itu kan bisa diamplas.
Dua hari sebelumnya aku juga sudah bisa mengamplas bekas paku di hatiku waktu ada seseorang yang juga nyakitin aku dengan kata-katanya.
Jadi kenapa sekarang aku harus melihara rasa sakit hati itu lagi?
Kemarin-kemarin aku bisa kok, jadi pasti sekarang aku juga bisa!!!
Setelah berpikir begitu, aku memejamkan mata.
Menarik nafas dalam-dalam, menyertakan seluruh pikiran dan hati, serta berujar pada diri sendiri dengan lembut sambil tersenyum,
“Aku tidak kesal. Aku baik-baik aja... Aku dan si itu baik-baik aja… Aku gak kesal sama dia… Dia cuma mau mengingatkan... Dan aku bersyukur sudah diingatkan… Aku bersyukur sudah diingatkan… Kami akan tetap baik-baik saja… Aku orang yang pemaaf… Aku orang yang menyenangkan… Aku bukan orang yang cepat marah… Aku bisa menerima kritik dan masukan dengan dada lapang… Aku bisa mengamplas sakit hatiku… Aku gak marah sama dia… Aku baik-baik aja... Aku dan dia juga akan baik-baik aja…”
Lalu aku buka mata. Dan aku bisa merasakan perasaanku lebih baik dari sebelumnya.
Seperti ada gumpalan yang terangkat dari dadaku.
Ringan…
Kalian tahu tidak?
Kata buku “How You Feel Is Up To You”, perasaan dan pikiran kita itu ibarat tombol listrik yang bisa dipencet “on/off”-nya kapan aja. Jadi kalau sudah mulai negatif, tinggal pencet tombol yang positif dan semua akan berbalik.
Awalnya emang susah, apalagi buat aku, orang yang derajat ‘feeling’ dibanding ‘thinking’-nya tinggi. Apa-apa dominannya pake perasaan.
Tapi bisa kok dicoba. Dan emang harus dilatih terus.
Gak mudah, tapi bisa!
Caranya ya seperti yang aku lakukan di atas, cukup dengan mensugesti diri sendiri.
Aku tidak tahu apakah cara ini ampuh untuk kalian.
Tetapi banyak buku bilang, begitu banyak orang terbantu mengatasi perasaan dan pikiran negatifnya dengan cara ini. Karena prinsipnya satu hal ini ini: pikiran dan perasaanmu akan menarik apa yang sama dengan apa yang kamu pikirkan dan rasakan.
So, teruslah berpikir dan berperasaan positif supaya semesta menarik hal yang positif juga untuk dirimu.
Untuk lebih jelasnya, aku rekomendasikan baca buku The Secret karya Rhonda Byrne atau Quantum Ikhlas-nya Erbe Sentanu aja, ya
Ok, I am fine and I always be fine.
Mari berdamai dengan diri sendiri…
^_^
Wed, 19.09.07; 13:11 wib.
-masihBelajarMenjadiPositifSetiapHari:)
gbr dari http://www.jupiterimages.com/popup2.aspx?navigationSubType=itemdetails&itemID=23120152
http://www.jupiterimages.com/popup2.aspx?navigationSubType=itemdetails&itemID=22188870
www.pinewoodpro.com
3 komentar:
Hmm... cukup inspiratif... :)
wah jadi merasa bersalah lagi nih...
Maafkan sudah menjadi salah satu yang menancapkan paku itu...
afwan jiddan ....
*_*'V
-cah gemblunk-
Ini untuk kesekian kalinya, setiap baca postingan anti seperti membaca diri sendiri. Cara anti melihat dan menanggapi serta bereaksi terhadap suatu hal nyaris sama. Postingan -postingan seperti ini seperti membaca kembali perasaan-perasaan saya, dan membantu saya semakin mengenali diri sendiri. terimakasih ya ukh
Post a Comment