Aug 27, 2007

Duh, Neng Indra...

Bismillah...


Seneng banget kemarin2 baru aja ngomelin orang.
Heheh... jahat banget ya. Ngomelin kok seneng...

Bukan apa-apa. Abisnya aku sakit hati sama dia. Dikiranya aku cewek lemah yang gak bisa ngelawan apa. Apalagi untuk urusan satu ini. Jangan pernah coba-coba!

Sore itu dia bicara panjang-lebar, kesana-kemari.
Gak jelas.
Entah topiknya apa.
Aku hanya terdiam memandangi jendela, melihat pemandangan jalan raya dari lantai dua gedung itu. Menggigit-gigit sedotan minumanku, dan membuang nafas berkali-kali dengan gelisah. Muak sebenarnya.

“Saya tahu... Saya mendukung cita-cita Indra. Apa yang Indra lakukan prinsipnya adalah menolong orang lain...” ujarnya.
Aku mencibir dan membuang muka tak suka.
“Bukannya menginjak-injak muka orang lain?” ungkitku sinis mengutip kata-katanya di sms beberapa waktu lalu.
“Bukan gitu, Indra...”
Blah...

Setelah sekian lama, akhirnya aku angkat bicara juga.

“Satu hal yang saya mau bilang.
Jika Anda merasa tidak respek ketika saya katakan bahwa saya bisa mencari orang lain untuk saya bekerja sama dengannya, maka saya juga sangat tidak respek ketika Anda melecehkan rencana saya di masa depan! Gak ada seorangpun, gak boleh ada seorangpun yang bisa melecehkan apa yang sudah saya rancang untuk masa depan saya! Biarpun Anda bicara 10.000 kali lebih menyakitkan lagi, saya gak peduli. Karena saya yang menentukan sendiri cita-cita saya, impian saya, dan saya yakin, masih banyak orang lain di luar sana selain Anda. Karena pada kenyataannya memang demikian.”

Fuh!
Puas banget.

Walau ngomongnya sambil bergetar dan berkaca-kaca (kebayang kata-kata dia yang nyakitin banget waktu itu soalnya), aku lega bisa mengutarakan apa yang aku pendam selama ini. Dan dia tertunduk, menampakkan raut penyesalan luar biasa.

Kalian tahu?
Para penjajah bisa merampas harta kita, rumah kita, bahkan jasad dan kehormatan kita.
Tapi TIDAK harapan kita, cita-cita luhur kita, dan keyakinan yang kita punya.

Itu sebabnya aku sangat tidak terima ketika aku dikatakan melakukan hal yang tampak buruk di mata dia, just like stupid girl di luaran sana. Immature judging. Padahal dia cuma belagak tahu bagaimana kerja kami sebenarnya.

Lagipula bukan itu juga yang aku paling tolak. Aku gak pedulilah mau dihina seperti apa, atau seberapa kali banyaknya. Tapi dia seperti melecehkan dreams dan keyakinan yang akan selalu aku perjuangkan dengan susah-payah demi orang-orang tercinta.

Tau apa dia tentang ayahku yang terbaring sakit, mamah yang begitu ingin naik haji, adikku yang tahun depan kuliah sementara biayanya makin melangit, keinginanku membuat library car, dan seterusnya, dan seterusnya?

Dan takdir itu ada disini, dalam genggaman kita.
Lukislah ia dalam jiwamu, visualisasikan, lalu yakini, dan perjuangkan, meski ribuan cerca menyeruak menghalanginya.

Tanyakan, apakah orang lain akan membantu jika kita kesusahan? Belum tentu!
Apakah orang lain akan menolong jika kita membutuhkan? Belum tentu juga!
Apakah ada orang lain peduli saat kita menderita? Siapa bilang selalu begitu?

Kutinggalkan ia begitu saja setelah mengungkapkan semua.
Berharap jiwaku semakin kuat setelahnya.
Dan aku berikrar semakin mantap, tidak ada yang boleh melecehkan apa yang aku rencanakan untuk masa depanku. Tidak seorangpun!

Maghrib menjelang, dan terbata kuucap doa robithoh untuk semua orang, termasuk dia yang kata-kata menyakitkannya masih terngiang.
Dan setelah itu, smsku terkirim.
“Maafkan saya. Saya memang masih harus belajar untuk bersikap dan berpikir positif terhadap apapun yang tidak sesuai keinginan. Semoga Allah mengampuni kita...”

Yeah...
Indra Fathiana.
Si keras hati yang selalu saja menyisakan sesal dan rasa tak tega.

Hey, dilarang ketawa ya!


-untukSeseorang,ygSyYakinAndaMembacaIni:Well,NamanyaJugaDinamika:p
InTheMiddleOfAugust2007:ThePowerOfTheDream!

gbrnya dari http://www.mckinley.uiuc.edu/Handouts/anger_management/angermanage.html


2 komentar:

h i t a m p u t i h said...

cute blog ^_^
keep it up

bunda rana said...

Dan takdir itu ada disini, dalam genggaman kita.
Lukislah ia dalam jiwamu, visualisasikan, lalu yakini, dan perjuangkan, meski ribuan cerca menyeruak menghalanginya.

Great!! I like this Quote..